Pada
akhir bulan November 2013 saya ada kelas softskill dan materinya membahas
tentang Credit Union dan Microfinance.Pak Dosen pun menerangkan terlebih dahulu
tentang Microfinance dan Credit Union.Pada kesempatan kali ini saya akan
berbagi informasi mengenai Credit Union.
Jujur
saja pertama kali saya mengenal Credit Union ini dari Dosen saya yang mengajar
mata pelajaran Ekonomi Koperasi.
Credit Union
atau bahasa Indonesianya adalah Koperasi Kredit,sangat membantu rakyat yang
berpenghasilan rendah.Mengapa saya bisa
mengatakan hal seperti itu,karena sebelumnya saya telah membahas sedikit
tentang Credit Union ini.Berikut ada cerita sukses credit union nih dari Sumatera
Utara persis yang dikatakan dosen saya.So,saya langsung searching dan ternyata
benar adanya,bagi saya ini adalah berita yang sangat menyenangkan dan patut
dicontoh untuk memajukan maupun mengembangkan perekonomian Indonesia.
Cerita Sukses "Credit Union"
OLEH KHAERUDIN
KOMPAS.com
— Jalan hidup Pintaraja Marianus Sitanggang berubah
sepulang mengikuti seminar perburuhan di Baguio City, Filipina, tahun 1970. Sitanggang yang saat itu menjadi guru SMA Katolik Budi
Mulia, Pematang Siantar, Sumatera Utara, berada di Filipina karena ditugaskan
Pengurus Pusat Persatuan Guru Katolik.
Salah
satu materi seminar perburuhan itu tentang credit
union (CU), yang di Indonesia
diterjemahkan secara bebas sebagai koperasi
kredit. Sepulang dari Filipina, Sitanggang
tergerak mendirikan CU di sekolahnya.
Ia
mengajak guru dan karyawan SMA Budi Mulia. Namun, kondisi ekonomi saat itu
belum pulih setelah lonjakan inflasi pada akhir pemerintahan Presiden Soekarno.
Ini membuat tak banyak orang tertarik pada ide koperasi simpan pinjam itu.
Sitanggang
tak kehilangan akal. Sebagai ketua yayasan, ia lalu memotong sebagian gaji guru dan karyawan sebagai simpanan saham. Simpanan saham dalam Undang-Undang Koperasi dikenal dengan istilah simpanan wajib anggota.
Ia juga
mengajak guru dan karyawan SMA Cinta Rakyat bergabung agar permodalan CU
semakin kuat. Pada tahun 1973 terbentuklah CU
Cinta Mulia.
Pada awal
tahun 1970 pula, Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Medan mengadakan
kursus dasar pembentukan CU. Mendengar di Pematang Siantar sudah ada CU yang
didirikan Sitanggang, Keuskupan Agung Medan membentuk tim untuk
menyosialisasikan ide pendirian CU ke beberapa daerah lain di Sumut.
”Waktu
itu lembaga keuangan, apalagi koperasi, hampir tak dipercaya masyarakat. Di
sisi lain, masyarakat miskin di desa-desa tak mengenal konsep menabung karena
untuk makan saja sulit,” ujarnya.
Tantangan
membentuk permodalan bersama bagi rakyat miskin di pedesaan tak menyurutkan
semangat Sitanggang. Ia tak ragu
mendatangi kedai tuak, mengunjungi rumah warga di pelosok Sumut, hanya untuk
memberi pemahaman bahwa semiskin-miskinnya orang masih ada yang bisa mereka
sumbangkan.
Dengan
berkantor di gereja selama 10 tahun pertama, CU mulai dilirik masyarakat.
”Wibawa gereja membuat masyarakat percaya kepada CU,” katanya.
Namun,
awal tahun 1980 gereja menarik diri dari pengembangan CU. ”Secara perlahan
gereja mundur karena memang bukan tugasnya,” ujar Sitanggang.
Hikmahnya,
CU menjadi semakin inklusif. CU menjadi lembaga keuangan yang tak hanya
dimiliki jemaat gereja Katolik, tetapi juga mereka yang beragama lain.
Mulai
bermunculan
Setelah
Pematang Siantar, CU kemudian berdiri juga di Pakkat dan Dolok Sanggul,
Kabupaten Humbang Hasundutan, Siborongborong, Tapanuli Utara, Aek Kanopan,
Labuhan Batu Utara, Tebing Tinggi, serta Barus dan Manduamas, Tapanuli Tengah.
Bermunculannya
CU ini lalu menumbuhkan Badan Pengembangan Daerah
Koperasi Kredit Sumut yang menjadi cikal bakal koperasi sekunder (pusat
koperasi di tingkat provinsi), Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Daerah (BK3D). Penyesuaian nama sejalan dengan Undang-Undang
Koperasi, membuat BK3D diubah menjadi Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit), dan
Sitanggang menjadi ketuanya hingga kini.
Ia juga
menjaga filosofi koperasi sebagai lembaga keuangan yang didirikan secara
bersama untuk mengubah nasib anggotanya. Ia memegang
teguh prinsip; koperasi dibentuk karena ada sekelompok orang yang merasa
senasib dan menyadari bersama nasib mereka harus diperbaiki.
”Kebersamaan
di CU diwujudkan dengan menyimpan dan memberikan pinjaman kepada anggota yang
paling memerlukan,” ujar Sitanggang yang juga bercerita bahwa hingga akhir
tahun 1970 CU tak boleh menggunakan nama koperasi.
”Ini
karena koperasi di desa, menurut pemerintah, hanya satu, yakni KUD (koperasi
unit desa). CU terpaksa bergerak sembunyi-sembunyi karena kalau ketahuan
pemerintah saat itu kami dipaksa masuk KUD. Padahal, banyak KUD mengingkari
prinsip koperasi. Pengurusnya ditunjuk pejabat di daerah di mana KUD berada,
bukan berdasarkan kemauan anggota,” katanya.
Selain itu,
ia juga harus berusaha menyadarkan warga miskin di pedesaan agar menyisihkan
sebagian uang mereka sebagai simpanan saham anggota CU. Pada awal pendirian, simpanan saham anggota CU Rp 200 per
bulan. Kini, simpanan saham Rp 10.000-Rp 50.000. ”Simpanan saham ini menjadi
tanda andil anggota sebagai pemilik CU,” ujarnya.
Daya tarik
Sebagai
koperasi simpan pinjam, daya tarik CU adalah penyaluran kredit atau pinjaman
kepada anggota. Guna menghimpun modal, CU juga memiliki berbagai produk
simpanan nonsaham, seperti simpanan bunga harian (sibuhar) yang mirip tabanas,
simpanan pendidikan (mirip tabungan berencana), dan simpanan sukarela berjangka
(mirip deposito).
Sebagai
lembaga pembiayaan, saingan CU adalah bank. Jadilah persaingan itu berkaitan
dengan penentuan suku bunga. Jika suku bunga simpanan bank di bawah 9 persen,
CU menetapkan di atasnya, yaitu 9-15 persen. Jika suku bunga pinjaman bank
dihitung berdasarkan total pinjaman, suku bunga pinjaman CU berlaku menurun,
dihitung dari sisa pokok pinjaman dengan besaran bunga 2,5 persen. ”Di desa
yang CU-nya besar, bank umumnya enggak laku.”
”Tetapi,
kami juga harus menjaga ’penyakit’ anggota CU, yang biasa disebut lapar kredit.
Saya selalu ingatkan filosofi CU yang utama adalah keswadayaan. Kredit diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan di
antara anggota. Makanya, CU menetapkan beberapa aturan agar seseorang bisa mendapatkan
kredit, salah satunya hadir rutin dalam pertemuan kelompok, prestasinya dalam
menabung, dan tak bermasalah dalam pembayaran pinjaman,” katanya.
Sebagai
koperasi yang sejak awal ingin memberdayakan warga miskin, terutama di pedesaan
yang warganya mayoritas petani, CU menjadi penolong. ”Kami bisa memberikan pinjaman bagi anggota yang
mengalami gagal panen. Kalau mereka tak diberikan stimulus pinjaman baru,
justru nantinya bakal menjadi kredit macet di CU,” katanya.
Kerja keras
Sitanggang selama 40 tahun berbuah manis. Berawal
sebuah koperasi yang dibentuk dari dua SMA di Pematang Siantar, kini ada 61 CU
di bawah Puskopdit BK3D Sumut. Total aset CU di bawah Puskopdit BK3D ini, per
November 2010, mencapai Rp 1 triliun. Uang tersebut semuanya berasal dari
simpanan saham anggota CU yang jumlahnya lebih dari 250.000 anggota.
Salah
satu cerita sukses credit union di Sumatra tadi sangat menginspirasi kita untuk
terus maju.Point point untuk pembelajaran telah saya tandai berwarna orange
untuk kita pelajari dan kita terapkan dalam kehidupan kita,bahwa dengan kerja
keras dan tekun semua akan berbuah manis ^_^
Lakukan
perubahan itu penting apalagi mengarah pada hal positif dan bermanfaat untuk
orang banyak maupun orang yang ada disekeliling kita.Tidak lupa kata “jangan
menyerah” bila kita mengalami kegagalan karena dari situlah kita bisa menjadi
orang yang lebih baik.
Untuk
informasi lebih lanjut maupun informasi lain mengenai Ekonomi bisa cek dan klik
sumber dibawah yang telah dicantumkan yaa ^_^
Editor :
Erlangga Djumena
Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/01/26/09184186/Cerita.Sukses.Credit.Union.